Selasa, 26 Juni 2012

Cara Mencerahkan Wajah Secara Alami

Setiap orang baik itu wanita dan pria sudah tentu ingin memiliki wajah yang sehat dan cerah, karena dengan memiliki wajah cerah memberikan daya tarik dan gengsi tersendiri yang berbeda dengan orang lain. banyak faktor yang sangat mempengaruhi terhadap cerah atau tidaknya kulit wajah yang kita miliki, antara lain : Polusi, Trik Sinar UV Matahari dan faktor lainnya yang membuat kulit terlihat gelap dan tidak cerah sehingga terkadang menimbulkan perasaan minder terhadap orang yang memiliki kulit lebih sehat dan cerah. pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tips tentang Bagaimana Cara Mencerahkan Wajah Secara Alami yang tentunya menggunakan bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia atau bantuan dari ahli kulit, apa saja bahan yang bisa membuat kuli menjadi cerah?. Berikut ini Tips yang bisa anda simak :
  1. Ketimun : Ketimun merupakan sayuran yang sangat banyak mengandung vitamin, antioksidan dan mineral yang sangat baik untuk kulit wajah agar bisa menjadi cerah, caranya yaitu siapkan ketimun yang sudah dihaluskan, setelah siap tempelkan pada wajah. cara yang satu ini untuk mencerahkan kulit kantung mata yang hitam caranya adalah siapkan ketimun yang sudah disimpan di dalam kulkas, lalu potong tipis-tipis ketimun yang disiapkan lalu tempelkan di atas mata selama 10-20 menit biasanya banyak dilakukan saat waktu tidur atau bersantai.
  2. Tomat : Tomat merupakan salah satu bahan alami yang baik untuk mencerahkan kulit karena mengandung zat lycopene, caranya yaitu dengan mengkonsumsi tomat, karena dengan mengkonsumsi tomat dapat melindungi kulit dari radikal bebas serta meningkatkan tabir surya sehingga mengurangi kulit yang sensitif terhadap sinar UV matahari pada kulit sehingga wajah menjadi cerah.
  3. Pepaya : Pepaya merupakan buah-buahan yang mengandung enzim yang baik bagi kulit, karena enzim yang di kandung oleh pepaya dapat dengan cepat membatu proses pengantian sel kulit mati dan menyamarkan noda hitam, caranya yaitu haluskan pepaya dan campur dengan madu lalu gunakan kain tipis dan rendam dengan air hangat, setelah itu peras dan sebarkan di atas kain tadi, setelah itu simpan kain di atas wajah yang sudah di cuci, diamkan selama 20 menit setelah selesai bilas wajah dengan air hangat terakhir gunakanair dingin untuk menutup pori-pori kulit. lakukan seminggu sekali untuk mendapatkan kulit cerah.
  4. Kentang : Kentang merupakan sayuran yang mengandung zat catecholase yang membatu mencerahkan kulit, caranya yaitu haluskan kentang kemudian oleskan di atas permukaan wajah, lakukan hingga 3 lapisan da diamkan selama 15 menit setelah selesai bilas dengan air dingin.
  5.  Bengkoang : Bengkoang merupakan buah-buahan yang sangat baik bagi kesehatan kulit, banyak para ahli kulit menyarankan buah-buahan yang satu ini untuk mencerahkan kulit, bahkan banyak tersedia cream bengkoang yang banyak digunakan untuk kesehatan kulit akan tetapi sudah tercampur bahan kimia sehingga lebih baik gunakan bengkoang yang alami dengan olahan sendiri, caranya yaitu dengan menghaluskan bengkoang dan oleskan atau simpan di atas kulit wajah hingga tertutupi bengkoang yang telah dihaluskan, kemudaian diamkan selama 20 menit lalu bilas menggunakan air dingin. cara lainnya yaitu dengan cara mengkonsumsi bengkoang dan memakannya, agar kulit lebih sehat.

Tugas akhir k3 di perusahaan



PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan objek penelitian,  asumsi yang digunakan, tinjauan penelitian serta sistematika penulisan yang dipakai pada penelitian Tugas Akhir ini.

1.1    Latar Belakang Masalah
PT. Chitose Indonesia Manufacturing (PT. Chitose Indonesia) merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. PT. Chitose Indonesia bergerak di bidang industri manufaktur tepatnya industri furniture perlengkapan kantor. Dalam kegiatan produksinya (lantai pabrik) PT. Chitose memiliki 5 departemen kerja, antara lain: gudang material, construction (bending, pressing, welding), finishing (chrome plating, painting), nealing serta departemen assembling. Urutan proses pembuatan kursi yaitu : melalui stasiun bending, welding, painting serta assembling. Dari keempat stasiun yang dilalui dalam pembuatan kursi, stasiun bending,diduga memiliki potensi kesehatan dan kecelakaan yang tinggi, dengan dampak kecelakaan tidak langsung terlihat dan dirasakan di stasiun bending.
Sebagai salah satu industri terkemuka di Indonesia, PT. Chitose Indonesia dituntut untuk memiliki sistem manajemen K3 yang baik dan tepat. Dengan sistem manajemen K3 yang baik, akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah mengidentifikasi sebab-sebab kecelakaan dan meminimalisasi potensi-potensi yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan seperti ini mungkin akan terasa akibatnya oleh pekerja setelah sekian lama bekerja atau saat pekerja sudah tidak bekerja lagi. Objek penelitian akan memfokuskan pada jenis pekerjaan yang berpotensi menimbulkan gangguan jaringan otot.
Gejala awal yang umum dan biasa dikeluhkan para pekerja adalah rasa sakit, linu atau pegal secara periodik pada bagian-bagian tubuh: punggung sebesar 10,53%, leher 10,53%, pinggang 10,53%, siku kanan dan kiri sebesar 8,42% dan bahu sebesar 7,37%. Keluhan tersebut disebabkan oleh aktivitas yang tinggi atau postur tubuh yang tidak baik saat menjangkau material. Akumulasi dari gejala tersebut bisa menimbulkan ketidaknyamanan seseorang dalam bekerja dan akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas seseorang. Gejala seperti ini jarang sekali diperhatikan oleh pekerja ataupun pihak perusahaan, padahal dengan ketidaknyamanan pekerja, dapat merugikan perusahaan, kapasitas 10 unit mesin 103.000 pipa/bulan, tetapi yang dapat dicapai 50.087 pipa/bulan.
Untuk mengurangi timbulnya kelelahan pada bagian tubuh tertentu berdasarkan keluhan pekerja diatas, maka peneliti bermaksud merancang rak bahan baku. Tetapi saat penelitian berjalan, perusahan menyediakan rak bahan baku, sehubungan dengan itu, peneliti mengevaluasi rak bahan baku yang disediakan perusahaan. Hasil evaluasi untuk ukuran rak bahan baku yang disediakan perusahaan adalah panjang 100cm x lebar 60cm x tinggi 80cm.

1.2    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada sub-bab di atas, maka  tugas akhir ini akan membahas mengenai:
“Bagaimana memperbaiki peralatan kerja dengan menggunakan kriteria fisiologis dan biomekanika, yang mampu mengurangi kelelahan dibagian tubuh tertentu akibat kerja di stasiun bending.”

1.3    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1.       Menentukan anggota bagian tubuh mana yang paling banyak dikeluhkan.
2.       Menghitung konsumsi energi yang dikeluarkan pekerja saat melakukan proses bending.
3.       Menghitung besarnya gaya dan momen yang timbul saat pekerja melakukan proses bending.
4.       Menentukan data dimensi anthropometri yang digunakan untuk perbaikan rak bahan baku.
5.       Membandingkan perhitungan momen sebelum adanya perbaikan fasilitas kerja dengan perhitungan momen setelah adanya perbaikan fasilitas kerja.
6.       Memperbaiki fasilitas kerja yang nyaman untuk operator dalam melakukan aktivitas kerjanya.
1.4    Manfaat Penelitian
        Dengan penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi, sehingga dapat menjadi dasar bagi perancangan sistem dan fasilitas kerja yang nyaman, dengan harapan dapat meminimasi kecelakaan akibat kerja di stasiun bending.

1.5    Pembatasan dan Asumsi Penelitian
*       Pembatasan Penelitian :
Untuk menghasilkan analisis dan hasil akhir yang lebih akurat, maka penelitian ini perlu dibatasi agar tidak bias dan tetap fokus pada tujuan penelitian, berikut ini pembatasan-pembatasan masalah yang dilakukan :
1.       Penelitian dilakukan di PT. Chitose Indonesia Manufacturing di bagian konstruksi, tepatnya pada stasiun bending.
2.       Bahan baku yang digunakan adalah jenis pipa.
3.       Pengamatan dilakukan pada line produksi perusahaan yaitu hanya pada pekerja langsung yang terlibat dalam proses produksi.
4.       Kriteria fisiologis menggunakan kecepatan denyut jantung sebagai indikator tak langsung untuk mengetahui besarnya konsumsi energi.
5.       Kriteria biomekanika menggunakan pendekatan model biomekanika statis.
6.       Pada perhitungan gaya dan momen, tidak memperhitungkan beban.

        Asumsi Penelitian :
*       Kondisi fisik operator dalam keadaan normal (dimensi tubuh tidak ada yang ekstrim).
1.6    Tinjauan Penelitian Sejenis
Penelitian-penelitian mengenai biomekanika yang telah dilakukan sebelumnya lebih pada tahap penganalisisan biomekanika dan sejauh mana pengaruhnya terhadap suatu pekerjaan [Doni Sudarmawan, Analisis sistem kerja menggunakan fisiologi dan biomekanika untuk pekerjaan perakitan ragum pada praktikum PTI 1 TI UNJANI Bandung, 2004]. Serta penelititan mengenai perbaikan fasilitas kerja berdasarkan analisis biomekanika [Tessa Febriana, Usulan perancangan fasilitas kerja melalui analisis biomekanika pada stasiun kerja bending di CV.Prima Springs, 2004].
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini akan memfokuskan pada penganalisisan stasiun dan fasilitas kerja berdasarkan kriteria fisiologi dan biomekanika pada jaringan otot belakang akibat kerja.
Tabel 1. 1 Tinjauan Penelitian Sejenis
   
Penelitian yang telah dilakukan

Kriteria
Tessa
Doni
Penelitian yang dilakukan sekarang
Objek Penelitian
Stasiun Bending
Perakitan Ragum
Stasiun Bending
Tujuan Penelitian
Merancang fasilitas kerja melalui analisis biomekanik
Analisis pengaruh biomekanika terhadap pekerjaan
Analisis pengaruh biomekanik terhadap pekerja serta memperbaiki fasilitas kerja untuk mengurangi kelelahan
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kelelahan pekerja
Nordic Body Map
-
QEC, Nordic Body Map
1.7    Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas dan baik, penulis akan mengkaji sistematika penulisan Tugas Akhir ini. Sehingga, diharapkan akan memudahkan dalam memahami dan mendefinisikan masalah yang dibahas serta memecahkannya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB 1    Pendahuluan
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2    Landasan Teori
Bab ini mengemukakan teori-teori dasar yang berhubungan dengan penelitian. Teori-teori ini merupakan hasil tinjauan kepustakaan untuk beberapa topik yang berkaitan.
BAB 3    Metodologi Penelitian
Bab ini berisikan tentang tahapan pemecahan masalah serta dengan menguraikan langkah-langkah pemecahan masalah.
BAB 4    Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Bab ini  tentang data-data umum perusahaan dan data-data yang diperoleh, diolah dan dibahas sesuai dengan referensi yang ada.
BAB 5    Analisis Masalah
Dalam bab ini berisi tentang uraian analisis dan bahasan mengenai permasalahan yang dibahas.



BAB 6    Kesimpulan Dan Saran
                Pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan dan juga mengajukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna terutama bagi perusahan.

 


METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian  merupakan suatu perumusan langkah-langkah proses penelitian yang menentukan tahapan-tahapan penelitian yang harus dilalui dengan cermat. Metodologi penelitian Tugas Akhir ini terdiri atas studi pendahuluan, pengidentifikasian dan perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data serta kesimpulan penelitian..



Metodologi penelitian merupakan suatu perumusan langkah-langkah proses penelitian yang menentukan tahapan-tahapan penelitian yang harus dilalui dengan cermat. Metodologi penelitian dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam penelitian dengan baik dan terstruktur. Metodologi penelitian ini memberikan arah dan pedoman mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam setiap tahapan penelitian.
Secara umum, metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima tahap proses penelitian, yaitu: Studi Pendahuluan, Pengidentifikasian dan Perumusan Masalah, Pengumpulan Data, Pengolahan Data, serta Kesimpulan Penelitian.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut:
3.1    Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran awal mengenai objek penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan beberapa tahapan yang harus dilalui agar tujuan yang diinginkan tercapai. Tahapan-tahapan ini sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian karena memberikan arah yang jelas. Studi pendahuluan ini dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi perusahaan serta wawancara dengan para karyawan maupun pihak manajemen juga dengan mempelajari data-data kecelakaan kerja.
Pada tahap ini diperoleh informasi-informasi mengenai data umum perusahaan, kondisi perusahaan serta gejala-gejala masalah yang dihadapi perusahaan saat ini. Sehingga, akhirnya dapat ditentukan pokok permasalahan yang dapat dijadikan objek penelitian, dan selanjutnya dibuat kerangka berfikir yang tepat, sehingga mampu memberikan masukan kepada perusahaan sebagai pertimbangan dalam memecahkan permasalahan yang terjadi.

3.2    Perumusan Masalah
Pengidentifikasian masalah dari suatu penelitian merupakan langkah awal yang sangat penting. Dengan melakukan identifikasi masalah akan diperoleh informasi mengenai penyebab dari permasalahan yang diangkat. Melalui identifikasi masalah dirumuskan suatu masalah secara sistematik untuk mempermudah pelaksanaan tahap penelitian selanjutnya.
Adapun yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini adalah mengenai sistem kerja yang berpotensi mengakibatkan gangguan jaringan otot rangka (Work-Related Musculo Skeletal Disorders = WMSD).

3.3    Studi Literatur
Studi literatur ini perlu dilakukan untuk memberikan gambaran, dasar-dasar pengetahuan dan referensi yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan gangguan musculo skeletal yang akan dilakukan oleh penulis, dengan melakukan studi literatur didapatkan metoda yang tepat untuk memecahkan persoalan yang ada.
Secara garis besar studi literatur ini mencoba membahas mengenai bidang ergonomi, biomekanika pekerjaan (okupasi), analisis pekerjaan dan teori-teori yang berkaitan dengan gangguan sistem musculoskeletal akibat kerja (WMSD), pokok-pokok literatur ini diharapkan memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan diselidiki.
Serta studi literatur ini berkenaan juga dengan:
*       Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Studi mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang berpengaruh dan sejauh mana perusahaan memperhatikan K3 pada lingkungan kerja.
*       Lingkungan kerja fisik
Studi mengenai lingkungan kerja yang ideal dan standar harus dipenuhi untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. Aspek yang dipelajari khususnya kondisi ideal pada lingkungan kerja yang sesuai dengan manajemen K3.
*       Perbaikan sistem kerja
Studi pustaka mengenai perbaikan sistem kerja adalah untuk mengetahui cara-cara perbaikan lingkungan kerja tersebut. Karena hasil dari perbaikan lingkungan kerja yang sesuai dengan sistem manajemen K3 nanti akan diajukan sebagai usulan perbaikan lingkungan kerja di PT. Chitose Indonesia Manufacturing.

3.4    Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan semula. Penentuan tujuan penelitian didasarkan pada hasil identifikasi dan perumusan masalah.
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.       Menghitung konsumsi energi yang dikeluarkan pekerja saat melakukan proses bending
2.       Menentukan anggota bagian tubuh mana yang paling banyak dikeluhkan
3.       Menghitung besarnya gaya dan momen yang timbul saat pekerja melakukan proses bending
4.       Membandingkan perhitungan momen sebelum adanya perbaikan fasilitas kerja dengan perhitungan momen setelah adanya perbaikan fasilitas kerja
5.       Memperbaiki fasilitas kerja yang nyaman untuk operator dalam melakukan aktivitas kerjanya.
Dengan adanya perancangan fasilitas kerja diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja perusahaan secara umum.
3.5    Identifikasi Variabel
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah mengenal lebih jauh karakteristik dari objek penelitian. Data umum perusahaan, sistem dan prosedur produksi perusahaan sangat diperlukan untuk memudahkan tahap selanjutnya dari penelitian yang dibuat oleh penulis.
Kompleksitas sistem yang ada tentunya akan jauh berbeda dengan apa yang dipelajari dari literatur, pengenalan terhadap objek penelitian akan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Ä  Data anthropometri
Data anthropometri bagian tubuh pekerja digunakan untuk menentukan besarnya momen dan gaya sehingga nantinya dapat diketahui besarnya beban kerja yang dimiliki oleh setiap pekerja.
Ä  Stasiun kerja
Stasiun kerja yang ada pada bagian konstruksi multi ada 3 stasiun, yaitu stasiun bending, pressing dan pengelasan. Dari ketiga stasiun tersebut, stasiun yang paling kritis adalah stasiun bending. Sehingga peneliti hanya memfokuskan penelitian pada stasiun kerja tersebut.
Ä  Data Mengenai Alat Penanganan Material
Dalam proses pembuatan kursi multi ini menggunakan alat bantu berupa tempat penyimpanan material. Data yang dibutuhkan mengenai tempat penyimpanan material ini berupa jenis, jumlah, ukuran dan kapasitas yang digunakan untuk mengetahui apakah tempat penyimpanan material yang dimiliki oleh perusahaan sudah ergonomis atau belum.

3.6    Metode Yang Digunakan
Tahapan ini merupakan tahapan lanjut dari literatur, untuk keperluan penelitian gangguan sistem musculoskeletal akibat bekerja. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metoda QEC (quick exposure checklist) dan Nordic body map.
Metoda QEC (quick exposure checklist), adalah sebuah teknik investigasi gangguan sistem musculoskeletal akibat bekerja yang dikembangkan Dr. Guanyan Li dan Prof. Peter Bucle, keluaran dari moteda ini adalah rating dari paparan pekerjaan terhadap sistem musculoskeletal, dari rating ini akan diketahui bagian tubuh mana yang akan memiliki kemungkinan terkena gangguan, semakin tinggi tubuh mana yang akan memiliki kemungkinan terkena gangguan, semakin tinggi nilai dari suatu bagian tubuh terkena paparan semakin tinggi kemungkinan terjadinya gangguan yang akhirnya menimbulkan efek penyakit sistem musculoskeletal. Metoda ini menggunakan dua pendekatan dimana pendekatan pertama berdasarkan pengamatan, sedangkan pendekatan yang lain diambil dari pengamatan pekerja yang langsung mengerjakan pekerjaan tersebut.
Maka untuk keperluan ini digunakan alat untuk mengumpulkan data, yaitu Nordic Quesioner yang biasa digunakan untuk meneliti efek dari suatu pekerjaan terhadap pekerja, kuesioner ini berisikan peta tubuh manusia (body map), yang mungkin diisikan gangguan-gangguan musculoskeletal yang dirasakan pekerja, rasa tidak nyaman, pegal, sakit adalah tanda-tanda terjadinya gangguan musculoskeletal yang memerlukan analisis lebih lanjut.                           

3.7    Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data
3.7.1     Pengumpulan Data
Ä  Data Detak Jantung Para Pekerja
Data detak jantung pekerja ini digunakan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Data detak jantung pekerja ini diambil sampel dari 10 pekerja di stasiun bending.
Ä  Data Postur Operator
Data postur operator digunakan untuk menghitung besarnya sudut yang dibentuk pekerja pada saat melakukan aktivitasnya. Data besarnya sudut yang dibentuk operator ketika melakukan aktivitasnya ini digunakan untuk menghitung besarnya gaya dan momen. Data ini didapatkan dengan cara mengamati dan mengukur langsung operator.
Ä  Data anthropometri
Data anthropometri bagian tubuh pekerja digunakan untuk menentukan besarnya momen dan gaya sehingga nantinya dapat diketahui besarnya beban kerja yang dimiliki oleh setiap pekerja.Stasiun kerja
Ä  Stasiun Kerja
Stasiun kerja yang ada pada bagian konstruksi multi ada 3 stasiun, yaitu stasiun bending, pressing dan pengelasan. Dari ketiga stasiun tersebut, stasiun yang paling kritis adalah stasiun bending. Sehingga peneliti hanya memfokuskan penelitian pada stasiun kerja tersebut.
Ä  Data Mengenai Alat Penanganan Material
Dalam proses pembuatan kursi multi ini menggunakan alat bantu berupa tempat penyimpanan material. Data yang dibutuhkan mengenai tempat penyimpanan material ini berupa jenis, jumlah, ukuran dan kapasitas yang digunakan untuk mengetahui apakah tempat penyimpanan material yang dimiliki oleh perusahaan sudah ergonomis atau belum.

3.7.2     Pengolahan Data
Ä  Menghitung Konsumsi Energi
Perhitungan konsumsi konversi energi dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja. Data yang diperlukan untuk menghitung  besarnya konsumsi konversi energi berupa data detak jantung pekerja.

Ä  Uji Statistik
Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data ini dilakukan maksudnya untuk mengetahui apakah pengukuran data anthropometri yang telah dilakukan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan uji Non Parametrik, karena pengukuran dilakukan pada 10 pekerja, ini menunjukkan sample yang diteliti kurang dari 30.

Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sample data anthropometri yang dikumpulkan seragam atau tidak, jika data diketahui tidak seragam maka data tersebut tidak dapat digunakan pada pengolahan data.

Uji Kecukupan Data
Pengujian kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel data anthropometri yang dikumpulkan cukup atau tidak, uji kecukupan ini dapat dilakukan bila sample data telah seragam. Apabila sampel data tidak cukup maka perlu ditambahkan sampel data agar data tersebut cukup dan kemudian dapat diolah.

Menghitung Persentil
Perhitungan persentil ini adalah untuk mengetahui berapa dimensi ukuran anthropometri yang akan digunakan untuk perancangan alat bantu berupa meja tempat material yang ergonomis. Persentil yang dihitung adalah persentil 5%, 50% dan 95%.

Menghitung Besarnya Gaya dan Momen
Perhitungan gaya dan momen ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya beban yang dialami pekerja. Dalam menghitung gaya dibutuhkan data mengenai besarnya sudut yang dibentuk pekerja ketika menjalankan aktivitasnya. Sedangkan data gaya ini digunakan untuk menghitung besanya momen pekerja.

3.8    Analisis Dan Perbaikan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap tempat material yang ada saat ini. Kemudian  setelah itu dilakukan perbaikan terhadap tempat material yang ada saat ini, dimana tempat material yang diusulkan ini  dirancang agar menjadi ergonomis.


3.9    Kesimpulan Dan Saran Penelitian
Pada bagian ini diuraikan kesimpulan dari penelitian yang telah dlakukan yang dihubungkan dengan tujuan penelitian, kemudian akan dianjurkan juga saran-saran yang perlu dilakukan agar langkah perbaikan dapat dilakukan, baik untuk perusahaan yang bersangkutan atau pun untuk penelitian lanjutan.











   
Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian
Gambar 3.2 Metodologi Penelitian


 


PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bagian ini memuat data umum perusahaan, data detak jantung pekerja, data anthopometri, data konsumsi energi, pengujian statistik, besarnya gaya dan momen pekerja serta usulan perbaikan fasilitas kerja.

4.1    Data Umum Perusahaan
4.1.1   Profil Perusahaan
Berikut merupakan Gambaran umum perusahaan (company highlights) PT. Chitose Indonesia Manufacturing (PT. Chitose Indonesia, Mfg.) tempat dilakukannya penelitian tugas akhir ini.
Nama                                                 : PT. Chitose Indonesia Mfg.
Tahun Berdiri                                   : 1979
Tahun Operasi                                 : 1981
Kelompok Bisnis                             : Manufaktur
Produk                                               : Stell office furniture
Standar Kualitas                              : SNI, JIS dan ISO
Alamat Kantor Utama & Pabrik  : Jl. Industri III No. 05 Leuwigajah
                                                              Cimahi, Jawa Barat, Indonesia.
Jumlah Tenaga Kerja                     : 650 Karyawan
Luas Area                                         : 28000 m2
Luas Bangunan                               : 15000 m2
4.1.2   Sejarah Singkat Perusahaan
Pada dekade 70-an, pemerintah Indonesia memberikan kesempatan yang cukup luas bagi para investor asing yang berminat melakukan investasi di negara Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mengangkat kesejahteraan bangsa juga sebagai langkah untuk menjadi negara yang mampu menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan citra bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Sejak berdiri pada tahun 1981 PT. Chitose Indonesia Manufacturing ditujukan sebagai perusahaan yang bergerak di industri manufaktur dengan produk utama kursi dengan jaminan lisensi dari perusahaan jepang yang bernama Chitose Manufacturing Co., Ltd. hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk menjadi PT. Chitose Indonesia Manufacturing sebagai produsen kursi yang kualitas tinggi. Karena Chitose Manufacturing Co., Ltd. merupakan sebuah perusahaan furniture jepang pertama yang mendapatkan pengakuan sebagai standar kualitas industri di Jepang.
Chitose Manufacturing, Co., Ltd. didirikan pada tahun 1918 sebagai perusahaan keluarga. Di mana Chitose Manufacturing, Co., Ltd. didirikan oleh mendiang Ushimatsu Kassai. Kemudian perusahaan diteruskan dan dikembangkan oleh puteranya mendiang Yashuo Kassai dan sekarang Chitose Manufacturing Co., Ltd. dipimpin oleh generasi ketiga dari keluarga Kassai yang bernama Yajiro Kassai.
Untuk menjamin kualitas produk yang dibuat di Indonesia, Chitose Manufacturing, Co., Ltd. menerapkan seluruh sistem produksi dan teknologinya kepada PT. Chitose Indonesia Manufacturing. Mulai dari pemilihan bahan baku, sistem produksi, sampai dengan prosedur pengendalian mutu. Sehingga prosesnya sangat teliti, demi mendapatkan penjaminan mutu yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Sampai dengan saat ini PT. Chitose Indonesia Manufacturing memiliki kapasitas produksi 1 milyar unit per tahun, sehingga tercatat sebagai perusahaan pembuat kursi terbesar di kelasnya. Disamping sebagai produsen kursi terbesar juga PT. Chitose Indonesia Manufacturing dikenal sebagai penghasil kursi dengan kualitas produk tinggi. Sehingga, PT. Chitose Indonesia Manufacturing saat ini mampu mendominasi pangsa pasar kursi Indonesia.
Sejak tahun 1986, PT. Chitose Indonesia Manufacturing berhasil menembus pasar internasional. Dan secara berkala mulai mengekspor produk-produknya ke Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, China, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Dan sampai saat ini Chitose Manufacturing telah memiliki jalur-jalur produksi dan Marketing di setiap belahan dunia.




4.2    Pengumpulan Dan Pengolahan Data
4.2.1     Proses Pembuatan Kursi
Gambar 4.1 Diagram Proses Pembuatan Kursi

4.2.2   Penentuan Stasiun Kerja Kajian Penelitian
Penentuan stasiun kerja kajian penelitian ini didapat berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap stasiun-stasiun kerja pada Bagian Produksi. Stasiun- stasiun kerja tersebut  antara lain sebagai berikut:
*       Stasiun kerja konstruksi (bending dan welding).
*       Stasiun kerja finishing (chorome plating dan painting).
*       Stasiun kerja assembling.







Data hasil pengamatan tersebut terlihat pada tabel tersebut:
Tabel 4.1 Data Pengamatan Diseluruh Stasiun Kerja
Stasiun Kerja
Kegiatan Yang Dilakukan
Keluhan
Bending
Pada stasiun ini dilakukan proses pembengkokan material secara manual.
Tangan terjepit matres, pegal dibagian bahu, pinggang, kaki dan tulang belakang
Welding
Pada stasiun ini material mengalami pengelasan.
Mata perih, pegal-pegal dibagian tangan.
Chrome Plating
Ini merupakan proses finishing. Pada stasiun ini material mengalami pelapisan dengan chrome.
Sesak nafas
Painting
Ini merupakan proses finishing. Pada stasiun ini material mengalami pewarnaan berupa spray dengan cara penyemprotan.
Sesak nafas
Assembling
Pada stasiun ini material mengalami perakitan secara manual.
Mata lelah dan tangan pegal

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa dari keluhan yang disampaikan pekerja dan jenis pekerjaannya dapat diambil kesimpulan bahwa stasiun yang menyebabkan WMSD (Work-Related Musculo Skeletal Disorders) adalah pada bagian konstruksi di stasiun kerja bending, alasan ini dapat dilihat melalui pengamatan langsung. Stasiun bending dikatakan dapat menyebabkan WMSD, karena pekerja pada stasiun bending melakukan pekerjaannya secara terus menerus untuk membengkokkan pipa, sehingga memiliki potensi terjadinya gangguan jaringan musculoskeletal. Pekerjaan pada stasiun bending ini lebih cenderung statis. Bending merupakan proses utama pada material untuk proses berikutnya.



4.2.3   Analisa Sistem Kerja Bending
4.2.3.1      Tata Letak Fasilitas Stasiun Kerja Bending

Gambar 4.2 Tata Letak Fasilitas Stasiun Kerja Bending
                Saat dilakukan penelitian awal pada stasiun bending belum terdapat alat bantu  (rak bahan baku). Saat ini distasiun bending telah dilengkapi dengan rak bahan baku.
Lingkungan kerja merupakan faktor pendukung pada stasiun kerja agar proses produksi dapat berlangsung dengan baik. Lingkungan kerja meliputi temperatur, kebisingan, sirkulasi udara, kelembaban dan pencahayaan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian dan data dari perusahaan, maka didapat:
*        Temperatur                  : 260  - 270C
*       Sirkulasi udara             : Baik (ada ventilasi)
*       Tingkat kebisingan masih berada dibawah nilai ambang batas.
*       Kebisingan pada sistem kerja saat ini berkisar 44 sampai 82 dBA.
Tabel 4. 2 Data Tingkat Kebisingan
Lokasi Pengukuran
Intensitas Kebisingan (dBa)
Nab
( dBa )
Ket.
1.    R. Kantor
2.    R. Pelapisan
3.    R. Konstruksi
4.    R. Assembling
44 – 46
74 – 82
64 – 67
63 – 76
85
85
85
85
< NAB
< NAB
< NAB
< NAB

Jika dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pekerjaan, bahwa lingkungan kerja yang ada sekarang sudah mendukung untuk terlaksananya kegiatan produksi terutama pada ruang konstruksi.

4.2.3.2      Kegiatan Kerja Pada Stasiun Kerja Kritis
Kegiatan kerja pada bagian konstruksi bending dianggap sebagai stasiun kritis yaitu:
1.       Memasang dies dan matres pada mesin bending (setup machines).
2.       Meletakkan material berupa pipa atau pelat besi pada matres mesin bending, kemudian di-bending dengan cara memegang handel mesin yang akan mencekam material (pipa atau pelat besi).
3.       Operator menjangkau material berupa pipa ditempat material yang terletak disebelah kiri operator.
Diduga pada stasiun ini saat operator menjangkau material kemungkinan para operator berpotensi mengalami gangguan jaringan otot rangka (Work-Related Musculo Skeletal Disorders = WMSD). Hal itu disebabkan pula oleh tingginya tuntutan target perusahaan.

4.2.3.3      Kelemahan Stasiun Kerja Bending
Berdasarkan proses kerja saat ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan posisi kerja tersebut dapat mengakibatkan:
§  Kelelahan pada bahu, lengan, pergelangan tangan, tumit
§  Nyeri pada tulang belakang
Kelemahan stasiun kerja ini terletak pada desain rak bahan baku dengan rincian 100 x 60 x 80 (cm), dimana ukuran dimensi rak saat ini tidak sesuai dengan rata-rata ukuran tubuh operator pada stasiun bending.

4.2.4   Analisis Stasiun Kerja Awal
Keaadaan stasiun kerja awal saat ini, bila dilihat dari penggunaan Alat analisis 5W 1H sebagai berikut :
o    What
Analisis sistem kerja untuk pekerjaan proses bending pipa kursi untuk jenis multi.
o    Why
Posisi kerja saat mem-bending pipa kursi multi yaitu dengan posisi berdiri. Jika diamati cara kerja saat ini, operator harus menjangkau bahan baku di sebelah kiri dan meletakkan hasil bending di sebelah kanan depan, dimana proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Hal tersebut diduga kemungkinan adanya cedera otot dibagian tulang belakang.
o    Who
Dalam hal ini operator pada stasiun bending yang banyak mengeluhkan kelelahan dibagian tubuh.
o    Where
Analisis sistem kerja ini yaitu pada pekerjaan proses bending pipa di stasiun kerja bending, pada bagian konstruksi multi.
o    When
Analisis sistem kerja ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin sebab seandainya benar dapat menimbulkan cedera otot yang dapat membahayakan para operator untuk masa yang akan datang, yang mungkin juga dapat mengurangi produktivitas kerja, maka sebaiknya dilakukan pencegahan agar hal ini tidak terjadi
o    How
Untuk menganalisis sistem kerja ini dapat menggunakan kriteria fisiologi dan kriteria biomekanika. Dengan pendekatan fisiologis bisa mengetahui klasifikasi beban kerja apakah ringan, sedang atau berat. Sedangkan pendekatan biomekanika untuk mengetahui beban gaya dan torsi yang akan diterima oleh bagian tubuh. Dari hal ini dapat diketahui apakah dari proses bending untuk pipa kursi multi ini berada diatas ambang normal atau tidak.

4.2.5   Kuesioner Keluhan Biomekanika (Nordic Body Map)
Kuesioner ini merupakan kuesioner standar yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana gangguan musculoskeletal terjadi dilantai produksi, untuk kebutuhan ini dibagikan kuesioner yang berisikan bagian tubuh (body map) mana yang terkena paparan (leher, bahu, punggung, siku, pinggang, tangan, pergelangan, pantat, paha, lutut, betis, pergelangan kaki), serta tingkatan rasa sakit.
Kuesioner disebar di seluruh lantai produksi langsung untuk mengetahui tingkat gangguan musculoskeletal pada pekerja di lapangan. Kuesioner ini digunakan untuk melengkapi data keluhan yang dapat dialami pekerja, terutama untuk tubuh bagian bawah, hal ini dikarenakan tingkat paparan yang dapat diprediksi pada metoda QEC hanya bisa digunakan untuk tubuh bagian atas.
Jumlah kuesioner yang tersebar di stasiun produksi stasiun bending sebanyak 10 lembar sesuai dengan jumlah pekerja. Berikut ini rekapitulasi hasil kuesioner yang dibagikan kepada pekerja (kuesioner secara lengkap terdapat pada lampiran):









Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner
Keluhan
Jeni Keluhan
Total
Responden
Persentase
(%)
Sakit
Sedikit
Sakit
Sedang
Sakit
Sekali
Leher
6
3
1
10
10,53
Bahu
Kanan
5
2
1
8
8,42
Kiri
3
3
1
7
7,37
Siku
Kanan
2
4
2
8
8,42
Kiri
2
4
2
8
8,42
Punggung 
6
1
3
10
10,53
Pinggang
5
2
3
10
10,53
Pergelangan Tangan
Kanan
4
2
1
7
7,37
Kiri
4
2
1
7
7,37
Paha

2
3
1
6
6,30
Lutut

3
2
2
7
7,37
Pergelangan kaki
3
2
2
7
7,37

                Hasil kuesioner yang diberikan kepada pekerja, dapat dilihat bahwa pekerja di stasiun bending banyak mengeluh pada bagian tubuh, yaitu leher,punggung dan pinggang.

4.2.6   Metode QEC
Metoda menggabungkan penilaian pengamat dan pekerja yang menjalankan pekerjaan tersebut, dengan metoda ini akan dapat diketahui paparan yang paling tinggi pada pekerjaan yang dilakukan pada bagian konstruksi di stasiun bending dan pressing.
Penilaian dilakukan pada kondisi yang dianggap berpotensi menimbulkan gangguan musculoskeletal. Berikut ini contoh pengisisan bagian konstruksi pada stasiun kerja bending :
Bagian A: Penilaian Observator
Punggung
Ø  Bagaimanakah posisi punggung saat melakukan pekerjaan
A1: Posisi normal
A2: Kadang-kadang bungkuk dan atau memutar
A3: Sering membungkuk dan atau memutar
Ø  Hanya untuk material handling, bagaimanakah pergerakan punggung
B1: Jarang (lebih kurang 3 kali per menit)
B2: Sedang (lebih dari 8 kali per menit)
B3: Sering (lebih dari 12 kali per menit)
Ø  Pekerjaan lain, sebagian besar pekerjaan posturnya statis (selain duduk berdiri)
B4: Tidak
B5: Ya
Bahu-Tangan
Ø  Bagaimanakah pekerjaan dilakukan
C1: Dibawah ketinggian pinggang
C2: Pada posisi sejajar dada
C3: Tepat atau di atas posisi bahu
Ø  Bagaimanakah pergerakan tangan
D1: Jarang (ada saat dimana tangan berhenti bekerja)
D2: Sedang (pergerakan tangan biasa dengan waktu istirahat cukup)
D3: Sering (hampir kontinyu)
Pergelangan Tangan - Tangan
Ø  Apakah pekerjaan dilakukan dengan
E1:  Dengan posisi pergelangan tangan normal
E2:Dengan posisi pergelangan tangan yang menekuk dan berdeviasi
Ø  Apakah pekerjaan dilakukan dengan pola repetisi
F1: 10 repetisi per menit atau kurang
F2: 11-20 repetisi per menit
F3: Lebih dari 20 repetisi dalam 1 menit
Leher
Ø  Apakah saat melakukan pekerjaan, leher dan kepala menekuk dengan buruk
G1: Tidak
G2: Kadang-kadang
G3: Ya

Bagian B: Penilaian Pekerja
Pengisian bagian B dari penilaian pekerja dilakukan dengan cara teknik interview terhadap pekerja yang bertugas pada stasiun Bending. Berikut ini contoh pengisian Lembaran B QEC pada stasiun kritis Bending.
Ø  Berapakah berat maksimum yang anda angkat pada pekerjaan ini
a1: Ringan (5 kg atau kurang)
a2: Sedang (6-10 kg)
a3: Berat (11-20 kg)
a4: Sangat berat (lebih dari 20 kg)
Ø  Berapa lama anda luangkan waktu untuk suatu (elemen) pekerjaan ini
b1: Kurang dari 2 jam
b2: 2 hingga 4 jam
b3: Lebih dari 4 jam
Ø  Saat pekerjaan dilakukan dengan tangan, berapa beban yang biasa anda angkat
c1: Rendah (kurang dari 1 kg)
c2: Sedang (1-4 kg)
c3: Tinggi (lebih dari 4 kg)
Ø  Apakah anda merasakan getaran saat bekerja
d1: Rendah
d2: Sedang
d3: Tinggi
Ø  Bagaimanakah kebutuhan jarak pandang anda pada pekerjaan ini
e1: Rendah (tidak perlu melihat pekerjaan dengan detail)
e2: Tinggi (perlu melihat seluruh pekerjaan dengan detail)
Ø  Apakah anda merasa mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan ini
f1: Tidak pernah
f2: Kadang-kadang
f3: Sering
Ø  Menurut anda bagaimana tekanan dalam pekerjaan ini (stressfull)
g1: Tidak ada
g2: Rendah
g3: Sedang
g4: Tinggi

Penilaian metoda QEC didasarkan pada 8 pertanyaan oleh observer serta 6 pertanyaan yang harus dijawab oleh pekerja, berikut ini rekapitulasi jawaban dengan menggunakan tabel:

Tabel 4.4 Rekapitulasi QEC (Penilaian Observer Dan Pekerja)

Observer rating
Pekerja

1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
WS
A
B
B
C
D
E
F
G
a
b
c
d
e
f
G
Bending
3
2
5
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1

Pertanyaan yang telah dijawab oleh observer dan pekerja kemudian diolah dengan menggunakan tabel nilai paparan QEC, dari tabel tersebut akan diketahui nilai paparan pada anggota badan, karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja akan menghasilkan nilai resiko paparan yang berbeda pada anggota badan. Dengan metode QEC akan diketahui sejauh mana pekerjaan tersebut beresiko terhadap punggung, bahu/lengan, tangan/pergelangan dan leher.


Berikut ini penilaian resiko paparan pada tubuh berdasarkan karakteristik pekerjaan pada stasiun Bending.
Tabel 4.5 Paparan Pada Punggung
Stasiun Kerja
Paparan Pada Punggung
Score 1
Score 2
Score 3
Score 4
Score 5
TOTAL
Bending
6
4
4
6
4
24

Tabel 4.6 Paparan Pada Bahu Dan Lengan
Stasiun Kerja
Paparan Pada Bahu Dan Lengan
Score 1
Score 2
Score 3
Score 4
Score 5
TOTAL
Bending
4
4
4
4
4
20

Tabel 4.7 Paparan Pada Pergelangan Dan Tangan
Stasiun Kerja
Paparan Pada Pergelangan Dan Tangan
Score 1
Score 2
Score 3
Score 4
Score 5
TOTAL
Bending
4
6
6
2
4
22

Tabel 4.8 Paparan Pada Leher
Stasiun Kerja
Paparan Pada Leher
Score 1
Score 2
TOTAL
Bending
2
4
6




Gambar 4.3 Grafik Paparan Pekerjaan Pada Stasiun Bending

Dari penilaian QEC terlihat bahwa karakteristik pekerjaan stasiun bending memiliki resiko gangguan punggung pekerja yang paling tinggi dibandingkan dengan paparan pada anggota tubuh yang lainnya.

4.2.6.1      Penilaian Rating Anggota Tubuh yang beresiko terhadap Gangguan Musculoskeletal
Dari hasil perhitungan metode QEC didapatkan rating tingkat paparan pekerjaan terhadap anggota tubuh di stasiun kritis.

Tabel 4.9 Rating Anggota Tubuh Terkena Paparan
Stasiun
Punggung
Pergelangan Dan Tangan
Bahu
Leher
Bending
24
22
20
6

Penilaian QEC dapat digunakan untuk mengetahui resiko gangguan musculoskeletal pada anggota tubuh yang dapat diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus.

4.2.7   Data Kecepatan Detak Jantung Pekerja
Pengukuran detak jantung pekerja ini dilakukan pada waktu aktifitas belum dimulai dan setelah pekerja melakukan aktivitas. Data kecepatan detak jantung merupakan indikator tak langsung untuk mengetahui besarnya konsumsi energi.

Tabel 4.10 Rekapitulasi Pengukuran denyut Jantung
No
Nama
Denyut Awal
Denyut Jantung
Denyut Jantung Rata2
1
2
3
4
5
1
Mamat
79
87
85
89
90
90
88,2
2
Heri Herdiawan
75
83
87
91
89
90
88,0
3
Agus.N
80
82
85
80
87
90
84,8
4
Amar
81
83
88
90
92
94
89,4
5
Adi Setiadi
81
84
87
85
87
89
86,4
6
Ica Suryana
82
86
86
90
85
88
87,0
7
Dani Ramdani
80
88
85
82
87
90
86,4
8
Dicky.S
79
83
87
89
91
94
88,8
9
Dede Ramdhan
81
85
88
90
91
91
89,0
10
Sarjianto
82
86
87
90
90
93
89,0

Perhitungan Konversi Konsumsi Energi
Besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan ketika bekerja distasiun bending, diperoleh dengan cara mengkonversikan data detak jantung. Contoh :
Perhitungan konsumsi energi untuk pekerja pertama, sebelum beraktifitas
Y= 1,80411 – 0,0229038*X + 4,071733*10-4X      ; X > 0
Y= 1,80411 – 0,0229038*79 + 4,071733*10-4 *792
Y= 2,54 Kkal / menit
Contoh:
Perhitungan konsumsi energi untuk pekerja pertama, setelah beraktifitas
Y = 1,80411 – 0,0229038*X + 4,071733*10-4X      ;  X > 0
Y = 1,80411 – 0,0229038*88,2 + 4,071733*10-4 *88,22
Y = 2,95 Kkal / menit

Tabel 4.11 Rekapitulasi Konsumsi Energi
Pekerja
Et
(Kkal/menit)
Er
(Kkal/menit)
Konsumsi Energi (Kkal/menit)
1
2,95
2.54
0.41
2
2,94
2,38
0.56
3
2,79
2,58
0.21
4
3,01
2,62
0.39
5
2,86
2,62
0.24
6
2,89
2,66
0.23
7
2,62
2,58
0.04
8
2.98
2.95
0.03
9
2.99
2.62
0.37
10
2.99
2.66
0.33









4.2.8   Data Masing-masing Postur Kerja Operator

Gambar 4.4 Postur kerja Berdiri


Gambar 4.5 Postur Kerja Saat Menjangkau material
Gambar 4.6 Postur Kerja Saat Menjangkau Material Setelah ada Meja

Gambar 4.7 Postur Kerja Saat Menjangkau material Setelah ada Meja Usulan

4.2.9   Uji Statistik
Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data ini dilakukan maksudnya untuk mengetahui apakah pengukuran data anthropometri yang telah dilakukan berdistribusi normal atau tidak. (a = 0.05 ; dari tabel diperoleh nilai L = 0.258)
Contoh: Dimensi Jangkauan Tangan Kedepan
Uji Hipotesis:
Ho : Data Berdistribusi Normal
Hi : Data tidak Berdistribusi Normal

Uji Statistik:
; F(Zi) didapat dari tabel kurva normal.

Tabel 4.12 Tabel Uji Kenormalan Data
Xi
Zi
F(Zi)
T(Zi)
F(Zi)  - T(Zi)
A
B
C
D
C – D
81
-1.485
0.071
0.1
-0.029
82
-1.048
0.145
0.2
-0.055
83
-0.612
0.269
0.3
-0.031
83
-0.612
0.269
0.4
-0.131
84
-0.175
0.436
0.5
-0.064
84
-0.175
0.436
0.6
-0.164
85
0.262
0.595
0.7
-0.105
86
0.699
0.755
0.8
-0.045
87
1.136
0.874
0.9
-0.026
89
2.01
0.978
1
-0.022


Kriteria Uji:
Tolak Ho jika:
Lo (nilai terbesar dari kolom e) > L (a = 0.05 didapat dari tabel nilai kritis)
-0,022       <           0,258
Kesimpulan:
Lo < L, maka Ho diterima, artinya data anthropometri panjang lengan bawah berdistribusi normal

Tabel 4.13 Rekapitulasi Uji Kenormalan Tiap Dimensi
No
Dimensi
Kesimpulan
1
Jangkauan Tangan ke Depan
Dist. Normal
2
Bahu ke pinggang
Dist. Normal
3
Pinggang ke lutut
Dist. Normal
4
Lutut ke tumit
Dist. Normal
5
Berat badan
Dist. Normal
6
Bahu ke siku
Dist. Normal
7
Siku ke pergelangan tangan
Dist. Normal
8
Panjang telapak tangan
Dist. Normal
9
Ujung kepala ke pinggang
Dist. Normal
10
Panjang telapak kaki
Dist. Normal
11
Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
Dist. Normal
12
Rentang Tangan
Dist. Normal










Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sample data anthropometri yang dikumpulkan seragam atau tidak, jika data diketahui tidak seragam maka data tersebut tidak dapat digunakan pada pengolahan data.
Contoh: Dimensi Jangkauan Tangan ke Depan
       s = 2,29   :   m = 84,4 cm
       BKA  =  m  +  Z s                        BKB  =  m  -  Z s
                 =  84,4 + 2(2,29)                          =  84,4  -  2(2,29)
                 =  88,98 cm                                  =  79,82 cm
Plot Data
Gambar 4.8 Plot Data Dimensi Jangkauan Tangan ke Depan




Tabel 4.14 Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Tiap Dimensi
No
Dimensi
Data
1
Jangkauan Tangan ke Depan
Seragam
2
Bahu ke pinggang
 Seragam
3
Pinggang ke lutut
 Seragam
4
Lutut ke tumit
 Seragam
5
Berat badan
 Seragam
6
Bahu ke siku
 Seragam
7
Siku ke pergelangan tangan
 Seragam
8
Panjang telapak tangan
 Seragam
9
Ujung kepala ke pinggang
 Seragam
10
Panjang telapak kaki
 Seragam
11
Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
 Seragam
12
Rentang Tangan
 Seragam

Uji Kecukupan Data
Pengujian kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel data anthropometri yang dikumpulkan cukup atau tidak, uji kecukupan ini dapat dilakukan bila sample data telah seragam. Apabila sampel data tidak cukup maka perlu ditambahkan sampel data agar data tersebut cukup dan kemudian dapat diolah.

Contoh : Dimensi Jangkauan Tangan ke Depan
Tingkat Kepercayaan = 95%    ; z = 2
Tingkat Ketelitian     = 5%       ; i  = 0,05
       s = 2,29   :   m = 84,4   :  N = 10
       
        Kesimpulan : Data Cukup

Tabel 4.15 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Tiap Dimensi
No
D  I  M  E  N  S  I
Data
1
Jangkauan Tangan ke Depan
Cukup
2
Bahu ke pinggang
Cukup
3
Pinggang ke lutut
Cukup
4
Lutut ke tumit
Cukup
5
Berat badan
Cukup
6
Bahu ke siku
Cukup
7
Siku ke pergelangan tangan
Cukup
8
Panjang telapak tangan
Cukup
9
Ujung kepala ke pinggang
Cukup
10
Panjang telapak kaki
Cukup
11
Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
Cukup
12
Rentang Tangan
Cukup

4.2.10       Perhitungan Persentil
Perhitungan persentil ini adalah untuk mengetahui berapa rata-rata dimensi ukuran anthropometri yang akan digunakan untuk perancangan alat bantu berupa meja tempat material


*       Jangkauan Tangan Kedepan
Persentil yang diambil adalah P50, hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Rekapitulasi Perhitungan P50 Tiap Dimensi
No
Dimensi Anthropometri
Persentil 50 (cm)
1
Jangkauan Tangan ke Depan
84,40
2
Bahu ke pinggang
42,20
3
Pinggang ke lutut
51,30
4
Lutut ke tumit
48,90
5
Berat badan
62,30
6
Bahu ke siku
34,50
7
Siku ke pergelangan tangan
24,10
8
Panjang telapak tangan
9,55
9
Ujung kepala ke pinggang
70,50
10
Panjang telapak kaki
40,40
11
Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
105,9
12
Rentang Tangan
99,00

4.2.11       Perhitungan Gaya dan Perhitungan Momen
Untuk mengetahui berapa momen saat melakukan proses bending, sebelumnya harus menghitung gaya, tetapi sebelum itu diperlukan data berikut :



*       Persentase Distribusi berat tubuh pada Tiap Segmen Tubuh
Tabel 4.17 Persentase Distribusi berat tubuh pada Tiap Segmen Tubuh
Kelompok Segmen Tubuh
% dari total berat tubuh
% berat secara individu
Kepala dan Leher
8,4
Kepala = 73,8 %
Leher = 26,2 %
Badan
50
Bahu = 43,8%
Lumbar = 29,4 %
Pelvis = 26,8 %
Lengan
5,1
Lengan Atas = 54,9%
Lengan Bawah = 33,3 %
Telapak Tangan = 11,8 %
Kaki
15,7
Paha = 63,7 %
Betis = 27,4 %
Telapak Kaki = 8,9 %

*       Persentase Jarak Titik Massa
Tabel 4.18 Persentase Jarak Titik Massa
Segemen Tubuh
Persentase jarak titik massa dari bagian bawah
Persentase jarak titik massa dari bagian atas
Kepala dan Leher
39,6 %
60,4 %
Lengan Atas
56,4 %
43,6 %
Lengan Bawah
57 ,0%
43,0 %
Telapak Tangan
50,6 %
49,4 %
Paha
56,7 %
43,3 %
Kaki
56,7 %
43,3 %
Telapak Kaki
57,1 %
42,9 %

*       Sudut pada Posisi Berdiri
q1 = 32,20
q2 = 39,88
q3 = 21,8
q4 = 31,04



*       Sudut pada Posisi Membungkuk Saat Menjangkau Material
q1 = 58,64
q2 = 136,89
q3 = 40
q4 = 43,11
q5 = 41,41

*       Sudut pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja
q1 = 40,11
q2 = 25
q3 = 28
q4 = 30

*       Sudut pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja Usulan
q1 = 45
q2 = 75
q3 = 15
q4 = 25

 Contoh Perhitungan Gaya pada Telapak Tangan
Tabel 4.19 Rekapitulasi Perhitungan Gaya 
Dimensi
Notasi
Gaya (N)
Telapak Tangan
R3
0,37
Lengan Bawah
R2
0,69
Lengan Atas
R1
1,05
Badan
R4
34,28
Telapak Kaki
R6
0,87
Gaya pada ujung jari kaki
R7
0
Kaki Bagian Bawah
R5
1,81
Paha
R5
28,05

 Contoh Perhitungan Momen di Bahu pada Posisi Berdiri



R2cos q1 x BS – W1cos q1 x 43,6% BS + W4cos q2 x 60,4% KP – R4cos q2 x KP + M1 = 0
M1= -R2 cos q1 x BS +W1cos q1 + 43,6% BS – W4 cos q2 x 60,4%  KP + R4 cos q2 x KP
     = -0,69 cos(32,20) x 34,5 + 2,8%T cos (32,20) x 43,6% x 34,5 – 58,4% T cos (39,88) x 60,4%  x 70,5 + 34,28 cos (39,88) x 70,5
     = 667,75 Ncm
     = 6,6775 Nm

Tabel 4.20 Rekapitulasi Perhitungan Momen pada Posisi Berdiri
Perhitungan Momen pada
Notasi
Gaya (Nm)
Bahu
M1
6,6775
Siku
M2
0,6112
Pergelangan Tangan
M3
0,0325
Pinggang
M4
6,8088
Lutut
M5
-14,5957
Tumit
M6
1,5459

 Contoh Perhitungan Momen di Bahu pada Posisi Membungkuk

–R4 cosq3 KP+ W4 cos q3 + W5 cos (180- q2)– R5 cos (180-q2) P + M1=0
M1 =  34,28 cos 31,39 x 70,5 – 58,4T cos 31,39 – 10%T cos (180-136,89) + 1,81 cos (180-136,89) x 50,7
      = - 1105,24  Ncm
      = - 11,0524   Nm


Tabel 4.21 Rekapitulasi Perhitungan Momen pada Posisi Membungkuk
Perhitungan Momen pada
Notasi
Gaya (N)
Bahu
M1
-11,0524
Siku
M2
-
Pergelangan Tangan
M3
5,26x10-3
Pinggang
M4
-0,5974
Lutut
M5
-11,3069
Tumit
M6
0,0771

* Contoh Perhitungan Momen di Bahu pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja
R2cos q1 x BS – W1cos q1 x 43,6% BS + W4cos q2 x 60,4% KP – R4cos q2 x KP + M1 = 0
M1= -R2 cos q1 x BS +W1cos q1 + 43,6% BS – W4 cos q2 x 60,4%  KP + R4 cos q2 x KP
     = -0,69 cos(40,11) x 34,5 + 2,8%T cos (40,11) x 43,6% x 34,5 – 58,4% T cos (25) x 60,4%  x 70,5 + 34,28 cos (25) x 70,5
     = 788,0570 Ncm
     = 7,880570 Nm

Tabel 4.22 Rekapitulasi Perhitungan Momen pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja
Perhitungan Momen pada
Notasi
Gaya (N)
Bahu
M1
7,880570
Siku
M2
9,25959
Pergelangan Tangan
M3
2,422x10-3
Pinggang
M4
-0,38297
Lutut
M5
-10,88709
Tumit
M6
1,4248
 Contoh Perhitungan Momen di Bahu pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja Usulan
R2cos q1 x BS – W1cos q1 x 43,6% BS + W4cos q2 x 60,4% KP – R4cos q2 x KP + M1 = 0
M1= -R2 cos q1 x BS +W1cos q1 + 43,6% BS – W4 cos q2 x 60,4%  KP + R4 cos q2 x KP
     = -0,69 cos(30) x 34,5 + 2,8%T cos (30) x 43,6% x 34,5 – 58,4% T cos (10) x 60,4%  x 70,5 + 34,28 cos (10) x 70,5
     = 226,2391 Ncm
     = 2,262391 Nm

Tabel 4.23 Rekapitulasi Perhitungan Momen pada Posisi Menjangkau Material Setelah ada Meja Usulan
Perhitungan Momen pada
Notasi
Gaya (N)
Bahu
M1
2,262391
Siku
M2
0,24
Pergelangan Tangan
M3
2,239x10-3
Pinggang
M4
-12,42907
Lutut
M5
-15,18635
Tumit
M6
1,626499

4.2.12       Data Anthropometri Pekerja
Untuk mengetahui anthropometri pekerja, maka dilakukan pengukuran terhadap 10 orang pekerja di stasiun kerja bending, data pekerja tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.24 Tabel Data Anthropometri Pekerja
No
Dimensi
Ukuran Dimensi Pekerja Ke-   (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Jangkauan Tangan ke Depan
83
85
89
87
81
83
84
82
86
84
2
Bahu ke pinggang
41
42
41
44
42
43
40
44
42
43
3
Pinggang ke lutut
49
48
52
54
50
55
49
51
53
52
4
Lutut ke tumit
44
50
48
46
53
47
50
51
48
52
5
Berat badan
63
61
65
59
58
60
63
64
68
62
6
Bahu ke siku
32
35
38
34
33
36
32
34
38
33
7
Siku ke pergelangan tangan
24
25
27
26
22
25
21
26
22
23
8
Panjang telapak tangan
10
9,5
10
9
9
10
9,5
10
9
9,5
9
Ujung kepala ke pinggang
66
70
72
69
71
74
73
68
70
72
10
Panjang telapak kaki
39
41
43
38
41
41
42
40
39
40
11
Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
98
100
102
99
98
99
99
100
97
98
12
Rentang Tangan
171
173
170
172
172
171
173
171
170
174

4.2.13       Data Dimensi Fasilitas Kerja
Berikut ini adalah data-data dimensi dari fasilitas kerja pada stasiun bending. Dimana fasilitas kerja yang tersedia pada stasiun bending berupa meja tempat material. Sedangkan kapasitas maksimal tempat material adalah 120 komponen.

Tabel 4.25 Tabel data Dimensi Fasilitas Kerja
No
Dimensi 
Ukuran
1
Panjang
100 cm
2
Lebar
60 cm
3
Tinggi
80 cm

4.2.14       Data Anthropometri Dimensi Fasilitas Kerja Usulan
Data anthropometri diambil karena berhubungan dengan perbaikan alat bantu berupa meja untuk menunjang kegiatan produksi di stasiun bending. Anthropometri yang dibutuhkan untuk perbaikan fasilitas kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.26 Data Anthropometri Dimensi Fasilitas Kerja Usulan
No
Dimensi Tubuh
Tujuan Desain
Persentil 50
1
Jangkauan Tangan ke Depan
Lebar meja
84,4 cm
2
Tinggi Pinggang Berdiri
Tinggi Meja
105,9 cm
3
Rentang Tangan
Panjang Meja
99 cm

ANALISIS DAN PERANCANGAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsistensi kerja saat ini dan hasil perbaikan sistem kerja berdasarkan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya.



5.1    Nordic Body Map
Nordic Body Map adalah suatu diagram yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya keluhan biomekanis. Tujuan quisioner ini adalah untuk mengetahui jenis keluhan biomekanika dan lama munculnya keluhan tersebut.
Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Kuesioner
Keluhan
Jenis Keluhan
Total
Persentase
(%)
Ringan
Agak sakit
Sakit
Leher
6
3
1
10
10,53
Bahu
Kanan
5
2
1
8,42
0,8
Kiri
3
3
1
7,37
0,7
Siku
Kanan
2
4
2
8,42
0,8
Kiri
2
4
2
8,42
0,8
Punggung  
6
1
3
10
10,53
Pinggang
5
2
3
10
10,53
Pergelangan Tangan
Kanan
4
2
1
7,37
0,7
Kiri
4
2
1
7,37
0,7
Paha

2
3
1
6,30
0,6
Lutut

3
2
2
7,37
0,7
Pergelangan kaki
3
2
2
7
7,37



Secara umum dari kuesioner diketahui bahwa keluhan yang terbanyak dikeluhkan oleh pekerja adalah gangguan pada bagian leher 10,53%, punggung 10,53%, dan pinggang 10,53%. Jenis keluhan gangguan ini ada yang bervariasi dari yang dirasakan ringan hingga sakit.
Keluhan pada pinggang dan punggung sangat dominan pada pekerjaan yang melakukan postur membungkuk saat melakukan elemen pekerjaan pada stasiun Bending. Keluhan di punggung dan di pinggang disebabkan oleh adanya fenomena back muscle disorder. Hal ini disebabkan adanya kesalahan postur saat melakukan kerja. Kesalahan postur tersebut pada awalnya tidak terlalu menimbulkan rasa sakit. Namun, lama kelamaan rasa sakit tersebut akan terakumulasi oleh ruas tulang belakang. Akumulasi tersebut dapat menyebabkan timbulnya Low Back Pain. Selain itu juga adanya beban statis yang terus menerus dapat mengganggu kenyamanan pada bagian tulang belakang, oleh karena itu, sudah tepat bila bagian yang paling banyak mengalami jenis keluhan pada quisioner adalah bagian punggung, pinggang dan leher.

5.2    Perhitungan dengan QEC
Dari perhitungan QEC diketahui tingkat resiko pekerjaan bagi anggota badan untuk setiap stasiun kerja, serta dapat membandingkan resiko gangguan musculoskeletal antar setiap stasiun kerja untuk tubuh bagian atas.
Berikut ini hasil pengolahan data dengan metode QEC untuk seluruh stasiun kritis adalah sebagai berikut:


Tabel 5.2 Hasil pengolahan QEC Pada stasiun Bending

Punggung
Bahu & Lengan
Pergelangan & Tangan
Leher
Nilai paparan maksimal
24
22
20
6

Pada stasiun bending dengan elemen pekerjaan menjangkau material untuk di bending dapat memberikan rediko gangguan musculoskeletal tertinggi pada punggung, aktivitas membungkuk secara terus-menerus akan berpengaruh pada bahu dan lengan operator.

Identifikasi Faktor-faktor Resiko
Dari hasil pengolahan data dengan metode-metode diatas dan hasil dari analisis pekerjaan akan dicoba diidentifikasi faktor-faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gangguan musculo skeletal.
*                   Resiko Gangguan Musculoskeletal pada Punggung
Resiko gangguan musculoskeletal pada punggung terbesar dialami oleh operator di stasiun bending. Penilaian resiko dengan nilai 33,33% merupakan nilai resiko terbesar pada stasiun bending. Ini diakibatkan dari postur tubuh yaitu bagian punggung yang mengalami pergerakan membungkuk untuk menjangkau material.
Pada stasiun bending hasil pengamatan pada pengerjaan menjangkau material dilakukan dengan postur punggung cenderung membungkuk sehingga membentuk sudut punggung 200 – 600, postur tersebut sering dilakukan dalam keadaan statis hal ini dikarenakan letak material yang tidak ergonomis.
*                   Resiko Gangguan Muskuloskeletal pada Bahu dan Lengan
Paparan pada bahu dan lengan adalah resiko gangguan setelah gangguan pada punggung. Ini dapat dialami oleh operator pada pekerjaan saat menjangkau material yang harus dijangkau  dengan menggerakkan bahu dan lengan.
*                   Resiko Gangguan Muskuloskeletal pada Pergelangan dan Tangan
Pekerjaan dengan pergerakan tangan dengan beban atau adanya kontak stess akan banyak menimbulkan resiko gangguan pada pergelangan dan tangan, pekerjaan yang memiliki resiko gangguan pada pergelangan dan tangan menurut perhitungan metode QEC adalah sebesar 27,78% hal ini disebabkan saat menjangkau material pergelangan dan tangan digerakkan secara berulang sehingga menyebabkan kelelahan pada pergelangan dan tangan.
*                   Resiko Gangguan Muskuloskeletal pada Leher
Gangguan pada leher diakibatkan pekerja membutuhkan daerah visual yang cukup baik saat melakukan pekerjaan. Letak objek yang harus diamati terletak pada posisi yang buruk menyebabkan leher melakukan gerakan untuk jangka waktu tertentu yang tentu akan menyebabkan resiko pada gangguan leher, hasil penilaian metoda QEC adalah sebesar 8,33%.

5.3    Analisa Kriteria Fisiologis
            Data kecepatan detak jantung merupakan indikator tidak langsung untuk mengetahui berapa besarnya konsumsi energi. Rumus pendekatan kuantitatif diambil dari kertas kerja (Astuti, Budi, dkk., “Beberapa segi faal kerja yang berhubungan dengan kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen serta pendekatan kualitatifnya”, 1991), menggunakan data-data dari penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa ahli, seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologis
Derajat Kebebasan
Pengeluaran Energi
Konsumsi oksigen (Liter per menit)
Detak Jantung
(Detak/mnt)
Kkal/menit
Kkal/8jam
Terlalu Berat
> 12,5
> 6000
> 2,5
>175
Sangat Berat
   10 – 12,5 
4800 – 6000
     2 – 2,5
150 – 175
Berat
7,5 – 10
3600 – 4800
1,5 – 2
125 – 150
Sedang
    5 – 7,5
2400 – 3600
      1 – 1,5
100 – 125
Ringan
2,5 – 5
1200 – 2400
 0,5 – 1
60 – 100
Sangat Ringan
< 2,5
< 1200
< 0,5
< 60

            Data detak jantung didapatkan dengan cara pengukuran langsung secara manual, pengukuran ini dilakukan sebelum operator melakukan pekerjannya dan setelah operator melakukan pekerjaannya. Perhitungan konversi konsumsi energi dilakukan untuk menghitung berapa jumlah penggunaan energi sebelum dan sesudah bekerja. Data detak jantung normal pekerja adalah 60 detak/menit (Grandjean 1986).
Dari hasil pengukuran kecepatan denyut jantung, didapat denyut awal dari hasil pengukuran berkisar antara 75 – 82, dan kecepatan denyut jantung pada saat pekerja melakukan aktivitasnya berkisar  84,8 – 89,4. kemudian hasil perhitungan konsumsi energi berkisar antara 0,21 – 0,56 kkal/menit.
Dari hasil tersebut, maka pekerjaan pada stasiun bending untuk kecepatan denyut jantung termasuk dalam kategori pekerjaan ringan.













5.4    Analisa Sistem Kerja Awal
5.4.1     Analisa Postur Kerja Awal
*       Sebelum Ada Meja
Gambar 5.1 Postur Tubuh Ketika Mengambil Material
Gambar 5.2 Postur Tubuh Ketika Melakukan Kerja Di Mesin
Dari gambar postur kerja diatas diketahui besarnya sudut yang dibentuk ketika melakukan aktivitas. Besar sudut ini diketahui dengan cara melakukan pengukuran langsung. Berikut data besarnya sudut yang dibentuk ketika postur kerja awal.

Tabel 5.4 Besarnya Sudut pada Postur Kerja Awal
Posisi Kerja Dimesin
PosisiMembungkuk saat  Mengambil material

q1
32,20
q1
58,64

q2
39,88
q2
136,89

q3
21,8
q3
40

q4
31,04
q4
43,11


q5
41,41



    Keterangan :
o    Posisi Kerja Dimesin
-          q1 = sudut yang dibentuk antara bahu dengan tangan bagian atas
-          q2 = sudut yang dibentuk antara pinggang dengan punggung
-          q3 = sudut yang dibentuk antara lutut dengan paha
-          q4 = sudut yang dibentuk antara panjang telpak kaki dengan kaki bagian bawah

o    Posisi Kerja Saat Mengambil Material
-                      q1 = sudut yang dibentuk antara panjang telapak kaki dengan Panjang kaki bagian bawah
-          q2 = sudut yang dibentuk antara lutut dengan paha
-          q3 = sudut yang dibentuk antara punggung dan pinggang
-          q4 = sudut yang dibentuk antara bahu dengan lengan bagian atas
-                      q5 =sudut yang dibentuk antara panjang telapak tangan dengan pergelangan tangan








*       Sesudah Ada Meja
Gambar 5.3 Postur Kerja Saat Menjangkau Material
Setelah ada penambahan fasilitas dibagian stasiun Bending berupa rak bahan baku, maka cara kerja operator mengalami perubahan sesuai dengan dimensi rak bahan baku yang ada. Postur kerja pada saat melakukan aktivitas setelah ada rak bahan baku bisa dilihat pada gambar  5.3.
Dari gambar postur kerja diatas diketahui bahwa terjadi perubahan besarnya sudut yang dihasilkan ketika melakukan aktivitas mengambil material. Berikut adalah data besarnya sudut yang dibentuk ketika mengambil material sesudah ada rak bahan baku :
Tabel 5.5 Besarnya Sudut pada Postur Kerja
Setelah Ada Rak Bahan Baku Awal
Posisi Kerja Dimesin
Posisi Mengambil material Setelah ada Meja
q1
32,20
q1
40,11
q2
39,88
q2
25
q3
21,8
q3
28
q4
31,04
q4
30
5.4.2           Perbandingan Momen Sebelum Dan Sesudah Ada Rak Bahan baku
Tabel 5.6 Besarnya Sudut pada Postur Kerja Awal Sebelum
dan Sesudah ada Rak Bahan baku
Momen
Sebelum Ada Rak Bahan baku (Nm)
Sesudah Ada Rak Material (Nm)
M1
-11,0524
7,880570
M2
-
0,25959
M3
5,26 x 10-3
2,42x10-3
M4
- 0,5974
-0,38297
M5
-11,3069
-10,8870
M6
0,0771
1,424

Keterangan :
-           M1       = momen dibahu
-           M2       = momen di siku
-           M3       = momen ditangan
-           M4       = momen di pinggang
-           M5       = momen dilutut
-           M6       = momen di tumit
-           Tanda negatif pada tabel diatas menunjukkan arah momen berlawanan dengan kaidah tangan kanan.Arah momen tergantung pada arah berputarnya benda akibat gaya yang terjadi. Kaidah tangan kanan digunakan untuk menentukan arah, yang ditunjukkan oleh arah ibu jari dan jari-jari yang dilipat menunjukkan arah berputarnya benda.

            Berdasarkan  data perhitungan momen yang dapat dilihat pada tabel diatas ternyata ada penurunan besarnya momen setelah ada penambahan fasilitas alat bantu berupa rak material. Semakin besar nilai momen maka semakin besar juga energi yang dikeluarkan, begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai momen maka semakin kecil juga energi yang dikeluarkan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya rak bahan baku dapat mengurangi energi yang harus dikeluarkan oleh pekerja.

5.4.3     Analisa Rak Bahan Baku Awal
Berdasarkan proses kerja saat ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan posisi kerja tersebut dapat mengakibatkan:
§  Kelelahan pada bahu, lengan, pergelangan tangan, tumit
§  Nyeri pada tulang belakang
Kelemahan stasiun kerja ini terletak pada desain rak bahan baku dengan rincian 100 x 60 x 80 (cm). Rak bahan baku ini memiliki kapasitas sebesar 120 komponen untuk sekali angkut. Dengan kondisi rak bahan baku saat ini, dengan kondisi rak bahan baku saat ini ternyata pekerja banyak mengalami keluhan dibeberapa bagian tubuhnya. Hal ini dikarenakan rak bahan baku yang ada saat ini tidak sesuai dengan dimensi anthropometri pekerja. Rak bahan baku aat ini dinilai terlalu pendek sehingga pada saat pekerja melakukan aktivitasnya terlalu banyak kegiatan membungkuk yang mengakibatkan pekerja cepat lelah.

5.5    Analisa Pemilihan Data Anthropometri
Diidentifikasi dari pekerjaan yang dilakukan distasiun Bending secara langsung, maka dimensi anthropometri yang dibutuhkan diantaranya :
*       Jangkauan Tangan ke Depan
*       Bahu ke pinggang
*       Pinggang ke lutut
*       Lutut ke tumit
*       Berat badan
*       Bahu ke siku
*       Siku ke pergelangan tangan
*       Panjang telapak tangan
*       Ujung kepala ke pinggang
*       Panjang telapak kaki
*       Tinggi Pinggang Berdiri (TPGB)
*       Rentang Tangan
           
            Dimensi anthropometri tersebut dipilih karena operator yang diteliti adalah operator di stasiun kerja Bending, dimana postur kerja yang dilakuakn operator adalah postur kerja berdiri dan membungkuk. Kegiatan yang dilakukan antara lain : menjangkau material, memegang, membawa, mengarahkan material ke mesin.
            Data ini digunakan untuk pengujian statistik, perhitungan gaya dan momen. Data anthropometri ini juga dibutuhkan untuk menentukan dimensi rak bahan baku usulan

5.6    Analisa Pengujian Statistik
            Uji statistik ini dilakukan dengan mengunakan 3 cara yaitu uji kenormalan data, uji keseragaman data, uji kecukupan data.
*       Uji Kenormalan Data
Pada uji kenormalan data ini dipilih a = 0,05, ini artinya bahwa tingkat kesalahan yang diizinkan sebesar 5%, adapun kriteria uji kenormalan adalah :
Ho: Data berdistribusi Normal
Hi : Data tidak berdistribusi  Normal
Tolak Ho jika Lo > L, dimana Lo adalah hasil dari perhitungan, dan L dapat dilihat pada tabel nilai kritis. Dari hasil pengolahan data, data dimensi anthropometri berdistribusi normal atau distribusi ini terjadi dialam (normal).
*       Uji Keseragaman data
Pada uji keseragaman data ini dipilih a = 0,05, ini artinya bahwa tingkat kesalahan yang diizinkan sebesar 5% dan tingkat ketelitian (i= 95%), sehingga diperoleh Z = 2 (dilihat pada tabel normal). Hasil pengujian data dimensi anthropometri adalah. Arti dari data seragam adalah data yang diambil dari sistem sebab yang sama.
*       Uji Kecukupan Data
Data dikatakan cukup, berarti jumlah pengukuran yang ditentukan telah mencukupi untuk tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki. Dari hasil pengujian, data yang dibutuhkan adalah cukup. Ini artinya, sampel yang diambil dapat diolah untuk tahapan selanjutnya.

5.7    Analisa Sistem Kerja Usulan
5.7.1     Interprestasi data keluhan Biomekanis hasil observasi dan kuesioner
Berdasarkan metoda quick exposure checklist (QEC) pada data-data keluhan akibat kerja proses Bending, dapat ditafsirkan bahwa proses Bending bisa mengakibatkan gangguan musculoskeletal. Dengan metoda QEC dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam perbaikan sistem kerja, sehingga mampu menanggulangi gangguan musculoskeletal.
Pendekatan ini diperlukan untuk menghasilkan solusi yang tepat untuk mencegah gangguan musculoskeletal akibat bekerja, pendekatan QEC lebih diarahkan sebagai dasar pertimbangan dalam perancangan dan penanggulangan gangguan musculoskeletal, dengan metoda ini sistem kerja baru dapat dibandingkan dengan sistem kerja sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah ada perbaikan atau tidak. Hasil dari kuesioner digunakan untuk dasar penanganan secara medis terhadap gangguan musculoskeletal yang dirasakan mengganggu kenyamanan bekerja.

5.7.2     Analisa Postur Kerja Usulan
Dengan memperbaiki rak bahan baku yang sudah ada menjadi lebih baik, maka secara tidak langsung dapat memperbaiki postur kerja operator. Sehingga pada saat operator menjangkau material, tidak perlu membungkuk.

5.7.3     Perhitungan  Momen
Berikut ini adalah data besarnya nilai momen setelah diusulkan rak bahan baku dengan ukuran yang disesuaikan dengan anthropometri pekerjanya.
Tabel 5.7 Besarnya Momen pada Postur Kerja
Setelah ada Rak Bahan baku
Momen
Setelah Memakai Rak Bahan baku Usulan (Nm)
M1
2,262391
M2
0,24
M3
2,239 x 10-3
M4
-0,1242907
M5
-15,18635
M6
1,626499

Besarnya momen pada tubuh bagian bahu, siku, pergelangan tangan dan pinggang setelah ada rak bahan baku yang diusulkan mengecil, ini artinya rak bahan baku usulan lebih baik bila dibandingkan dengan rak bahan baku yang sudah ada, dengan ini energi yang dikeluarkan pekerja pun akan berkurang.
Sedangkan momen pada tubuh bagian lutut dan tumit sedikit lebih besar dibandingkan dengan adanya rak bahan baku awal. Hal ini disebabkan beban lebih besar yang harus ditumpu pada bagian tubuh ini.

5.7.4     Analisa Rak Bahan baku Usulan
            Rak bahan baku yang diusulkan oleh peneliti dihitung berdasarkan data anthropometri pekerja dan pendekatan persentil. Persentil yang dipilih adalah persentil 50. Persentil ini dipilih atau dianggap layak digunakan untuk perhitungan dimensi rak bahan baku artinya dengan persentil ini dapat dicari rata-rata dari setiap dimensi anthropometri yang digunakan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan pendekatan persentil 50 maka dihasilkan bahwa dimensi rak bahan baku yang sesuai untuk digunakan distasiun Bending adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8 Data Anthropometri
No
Dimensi Tubuh
Tujuan Desain
Persentil 50
1
Jangkauan Tangan ke Depan
Lebar meja
84,4 cm
2
Tinggi Pinggang Berdiri
Tinggi Meja
105,9 cm
3
Rentang Tangan
Panjang Meja
99 cm





5.8          Perbandingan  Stasiun Kerja Awal dengan Stasiun Kerja Usulan
Tabel 5.9 Perbandingan Momen dan Rak Bahan baku Saat Ini
Dengan Rak Bahan baku Usulan

Rak Bahan baku Saat Ini
Rak Bahan baku Usulan
Metoda
Intuisi
Pendekatan Persentil
Momen


o    M1
7,880570
2,2623
o    M2
0,25959
0,24
o    M3
2,422x10-3
2,239 x 10-3
o    M4
-0,38297
-0,124290
o    M5
-10,8870
-7,18635
o    M6
1,424
1,626499
Ukuran Rak ( P x L x T)
100 x 60 x 80 (cm)
99 x 84,4 x 105,9 (cm)

Dilihat dari tabel diatas ternyata terjadi penurunan besarnya momen yang dihasilkan. Dengan adanya rak bahan baku yang disesuaikan dengan dimensi anthropometri pekerja ternyata dapat mengurangi nilainya momen, hal ini terlihat pada nilai M1, M2, M3, M4 dan M5. Berkurangnya jumlah momen yang dihasilkan ini akan mengurangi jumlah energi yang dihasilkan oleh pekerja ketika melakukan aktivitasnya. Contohnya dengan rak bahan baku yang ada sekarang M2 yang dihasilkan sebesar 0,25959 Nm, sedangkan setelah adanya perubahan dimensi rak dalam penelitian maka M2 yang dihasilkan sebesar 0,24 Nm. Hal ini berarti terbukti bahwa telah terjadi penurunan besarnya nilai momen yang dihasilkan, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa rak bahan baku hasil usulan dalan penelitian ini lebih baik dari rak bahan baku yang ada sekarang. Sedangkan pada M6 terjadi peningkatan nilai momen sebesar 0,202 Nm setelah ada meja usulan, hal ini dikarenakan telapak kaki lebih cenderung menahan beban saat operator menjangkau material.

5.9    Analisa Perhitungan Momen
        Besarnya momen dipengaruhi oleh berat badan, panjang masing-masing segmen anggota tubuh dan sudut yang terbentuk dari masing-masing segmen anggota tubuh, pada tabel dibawah ini dapat diketahui kekuatan otot maksimum pada beberapa bagian tubuh untuk menahan torsi.

Tabel 5.10 Kekuatan Otot Maksimum Bagian Tubuh Untuk Menahan Torsi (momen)
Bagian Tubuh
Kontraksi
Torsi (Nm)
Bahu (Shoulder)
Extention
43
Siku (Elbow)
Flextion
42
Batang Tubuh (Torso)
Flextion
85
Pinggul (Hip)
Flextion
118
Lutut (Knee)
Flextion
58
Pergelangan Kaki (Ankle)
Extention
69

                Pada pekerjaan bending, bagian tubuh yang bekerja untuk menahan torsi yaitu bahu, siku, pergelangan tangan, pinggang, lutut dan tumit. Dengan membandingkan hasil perhitungan momen dengan tabel 5.10, momen yang timbul pada bagian tubuh pekerja pada saat melakukan proses bending yaitu pada bahu 7,88 Nm, siku 0,259 Nm dan lutut 10,887 Nm. Berada dibawah ambang batas kekuatan otot maksimum bagian tubuh untuk menahan torsi yaitu pada. Momen yang bekerja pada bahu, siku dan lutut cukup jauh dibawah nilai ambang maksimum.



KESIMPULAN DAN SARAN

6.1          Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti maka dapat ditarik kesimpulan :
  1. Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan Nordic Body Map dan metode QEC, ternyata bagian tubuh yang banyak mengalami kelelahan pada stasiun bending adalah punggung.
  2. Dari hasil pengukuran kecepatan denyut jantung, didapat denyut awal dari hasil pengukuran berkisar antara 75 – 82, dan kecepatan denyut jantung pada saat pekerja melakukan aktivitasnya berkisar  84,8 – 89,4. kemudian hasil perhitungan. konsumsi energi berkisar antara 0,21 – 0,56 kkal/menit. Dari hasil tersebut, maka pekerjaan pada stasiun bending untuk kecepatan denyut jantung termasuk dalam kategori pekerjaan ringan,.




  1. Momen yang dikeluarkan setelah adanya rak bahan baku usulan berkurang, artinya beban yang diterima pekerja menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tidak adanya rak bahan baku dan penggunaan rak bahan baku yang disediakan perusahaan.
  2. Dilihat dari momen yang dihasilkan dengan adanya rak bahan baku usulan ternyata dapat mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan oleh pekerja ketika melakukan aktifitasnya, hal ini bisa dilihat dengan berkurangnya nilai momen setelah adanya perubahan dimensi rak. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kelelahan yang dihasilkan dengan adanya rak bahan baku usulan lebih kecil dibandingkan dengan tingkat kelelahan yang dihasilkan dengan penggunaan rak bahan baku saat ini.
  3. Perhitungan dimensi rak bahan bakuusulan, dihitung dengan menggunakan pendekatan persentil, sedangkan dimensi rak bahan baku saat ini hanya menggunakan intuisi saja.Ukuran rak bahan baku awal yaitu panjang 100 x lebar 60 x tinggi 80 (cm), sedangkan hasil penelitian panjang 99 x lebar 84,4 x tinggi 105,9 (cm). Dengan ukuran rak bahan baku usulan dapat mengurangi beban kerja pada bagian tubuh seperti punggung.










6.2          Saran
Dari hasil pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran :
  1. Dalam menentukan dimensi rak bahan baku, harus diperhatikan ukuran anthropometri pekerja.
  2. Jumlah rak bahan baku sebaiknya disesuaikan dengan jumlah mesin yang digunakan.